Menjadi seorang guru muda dan masih gadis memang tidaklah mudah. Apalagi di tempakan di wilayah paling selatan di Propinsi Sumaera Barat. Sitiung. Kecamatan Kotobaru, Kabupaten Sawah lunto Sijunjung. SMP 2 Wonotiung, nama sekolahnya. Nurhafni Nasir diangkat menjadi guru di tempat yang belum pernah sama sekali di dengarnya . Bertanya kiri dan kanan akhirnya mengetahui juga tempat ini juga cara berangkat dari Padang ke lokasi sekolah tersebut. Ternyata berlokasi di rimba yang baru di buka. Menariknya dan menjadi hal yang tak pernah di sangka adalah menghadapi lingkungan alam yang yang masih buas jga menghadapi murid dari dua latar belakang berbeda. Minang dan Jawa. Mengajaar dan berbaur di Sitiung , menjadi salah sau pengalaman bermakna dalam hidupnya. Tempat ini adalah hutan yang baru di buka untuk program transmigrasi bedol desa dari Wonogiri Jawa tengah. Mengajar dengan fasilitas seadanya, meelintasi jalan berlumpur, setiap musim hujan, menghadapi manusia dengan segala suka dukanya. Berada di tempat yang jauh dari keramaian, tanpa lisrik, tanpa air di rumah, dan harus berjalan sejauh 7km jika hendak bepergian ke kota. Berada di Sitiung Selama lebih kurang 6 tahun, cukup meninggalkan kisah dan banyak memori. Sedih , sepi, takut , senang dan berbagai rasa lain yang melengkapi pengalaman hidupnya. Dan sebahagian kisah itu di tumpahkan dalam buku ini Sitiung dulunya masuk kabupaten Sawah Lunto Sijunjung, Sekarang masuk ke Kabupaten Damasraya.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.

Tab Content